STRONG NETWORK STEADY BUSSINES

Jumat, April 10, 2009

Cerita Keluarga Korban Situ Gintung


Musibah jebolnya tanggul Situ Gintung di Ciputat, Jakarta Selatan, menyisakan sejuta duka bagi para keluarga korban tewas.
Kokom (37) tak pernah menduga, kejadian Jumat (27/3) subuh itu menyisakan kenangan terburuk selama hidupnya. Baru saja usai salat Subuh, masih mengenakan mukena, ia mendengar suara gemuruh. Blaaaar... "Tiba-tiba rumah saya jebol dihantam air lumpur yang datang bergulung-gulung. "
Belum hilang kagetnya, ia dikejutkan dengan munculnya sebuah mobil yang ikut "nyelonong" bersama air bah tadi. "Orang yang di dalam mobil teriak-teriak minta tolong, tapi saya tidak bisa menolongnya, " kenang Kokom saat ditemui di salah satu tempat pengungsian di kampus STIE Ahmad Dahlan.
Dalam suasana panik, ia segera menarik Intan (17), anak tunggalnya, yang saat itu tengah tidur. Juga ibu dan neneknya. "Bolak-balik kami jatuh karena berlari. Saya malah sempat hanyut terbawa arus. Untung ada tetangga yang menarik sehingga saya bisa selamat."
Harta-bendanya, tak ada yang tersisa. "Semua hanyut. Lemari saya malah nyangkut di kuburan," ujar Kokom sambil menunjuk ke arah belakang kampus. Tapi yang membuatnya lebih sedih, ia kehilangan kakaknya, Burhanudin (55). Sampai Jumat sore, pasangan Burhanudin dan salah satu anak mereka, Rizki (17), belum diketahui nasibnya. Sedangkan anak perempuan Burhanudin, Indah Mawardah (7), ditemukan tewas.
Burhan, kisah Kokom, tinggal tak jauh dari rumahnya. "Bertahun-tahun tinggal di sini, tidak pernah ada peristiwa seperti ini. Entahlah bagaimana nasib kakak saya dan keluarganya. Mudah-mudahan mereka segera ditemukan."
TERTIMPA BALOK
Kehilangan kakak tercinta, juga dialami Tince (46). Saat ditemui, ia tengah menunggui jenazah kakaknya, Mimin (60), dimandikan di mushola kampus. "Selain Mimin, anak lelaki dia dan satu cucunya juga tewas." Ketika musibah terjadi, anak lelaki Mimin langsung menggendong bayinya dan berusaha menyelamatkan ibunya yang tengah sakit. Sayangnya, si bayi lepas dari gendongan, sementara dia dan Mimin langsung tertimpa balok-balok rumah yang hanyut ke rumah mereka.
"Saya jadi menyesal belum sempat menengok dia selama sakit dan entah kenapa, Kamis malam sebelum kejadian, pikiran saya ke Mimin terus. Kayaknya, ingin sekali ketemua dia. Ternyata..." kata Tince dengan tersendat.
Sementara Adista (45), langsung histeris ketika mendapati anak angkatnya, Liarti (27), tewas. Lia, kata Adista, kos di Ciputat. "Sudah 4 tahun dia jadi make-up artist di rumah produksi saya. Sejak itu pula, Lia jadi anak angkat saya. Dia baik dan alim."
Padahal, tutur Adista, Kamis sekitar jam 22.30, "Lia masih telepon. Dia bilang, ingin pulang ke rumah saya untuk bantu-bantu di rumah. Kagetlah saya waktu Jumat pagi dapat kabar dia meninggal."
Hasuna Daylailatu, Edwin Yusman

Posting Komentar

Search in the Quran
Search:
Download | Free Code
www.SearchTruth.com

Contak person:

Name Telephone fax
ksp rawaindah 054829719 05483036070
Free counter and web stats
Check Page Rank of any web site pages instantly:
  
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Comen Anda

Total Posting
Total Komentar

  © by solusi perencanaan dan kebutuhan keuangan anda

Back to TOP